PROLOG
Langit terlihat kusam, mungkin karena baru turun hujan. Jalan
di sekitar kami basah, juga daun-daun pohon yang masih terdapat bulat bulat
kristal titik hujan. Entah sejak kapan
aku menjadi secanggung ini. Sudah kupikirkan beberapa topik pembicaraan tapi
sungguh, aku tak dapat mengeluarkan sepatah katapun. Aku agak mencondongkan
badan dan melirik kesamping, kulihat dia juga membatu entah sejak kapan. Mata
kami saling bertemu kembali, aku berusaha membuang tatapan darinya dengan
sewajar mungkin. Bangku yang kami duduki berderit pelan, mungkin dia bergerak
sedikit ingin memperbaiki posisi duduknya. Aku tidak berani menatap kearahnya.
Keheningan diantara kami semakin menjadi-jadi.
“ Aku akan pergi ke
Seoul, kau mungkin sudah dengar?” Zero mengawali pembicaraan dengan nada ragu.
“ ya, aku sudah tau itu. Aku dengar dari teman-teman”
jawabku dengan nada rendah
“ Jadi berita kepindahanku sudah tersebar ya?? Huh, tak
kusangka aku benar-benar popular di kalangan cewek-cewek..” dia mengkekeh pelan
sambil tersenyum . Sungguh senyuman yang ingin sekali aku miliki selama ini.
Entah mengapa melihat dia tertawa seperti itu,
mengigatkanku pada waktu itu. Aku mendongak menatap langit yang mulai cerah.
Beberapa burung bernyanyi memecah keheningan di antara kami, menari dilangit
yang biru.
flashback
Suatu hari di taman sekolah. Bayangan itu masih terekam
jelas di ingatanku, saat dia berdiri di depanku sambil membawa batang kayu yang
diacungkan kepadaku dengan wajah cerahnya. Aku yang masih setengah tertawa
karena peristiwa sebelumnya, ketika dia
membuang kayu yang ada di tangannya dengan melemparnya kearak tembok samping
perpustakaan. Sialnya kayu itu mengenai
salah satu guru yang lewat sekitar kami . ternyata guru Shin, guru sejarah kami
yang terkena pukulan kayu itu. Alhasil semua murid yang ada disekitar taman
tertawa. Akupun juga ikut tertawa J
Dia semakin mendekat
padaku dan mengacungkan batang kayu itu. Aku berteriak padanya “ Ze, Cepat buang batang itu. kalau kena ,sakit beneran tau?!,”..
Dia tetap tak menggubris
“ Kenapa kau tertawa , tidak ada yang lucu kan ” Aku berusaha bangun dari
tempatku duduk dan memegang lengan temanku yang berada persis di sampingku . Dia
terus mendekat kearahku. Saat jarak kami mungkin hanya tinggal setengah meter,
dia melepas sebatang kayu yang ada di
tangan kirinya. Tersenyum samar padaku dan berbalik badan sambil membersihkan
tangan kirinya yang tadi memegang batang itu dengan mengusapnya ke celana
bagian saku belakang. Dasar dia mau mempermainkan aku lagi..
Melihat dia dari belakang, dia memang terlihat sangat gagah
dan keren. Yaa, Zero memang tampan. Aku
akui itu, bukan hanya aku yang mengakuinya tapi hampir semua gadis normal di
sekolah. Selain itu dia orang yang ramah dan tidak pernah pilih-pilih teman.
Aku tersenyum sedikit dan segera kembali pada kedua temanku yang dari tadi
kuacuhkan..
“Chik, siapa dia??” Tanya salah satu temanku memecah perhatianku.
“Heh, maksudmu dia
tadi??” jawabku sambil menunjuk pada zero
yang telah kembali pada kerumunan teman-temannya di sudut taman.
“ ya iyalah, sapa lagi!!” sahut Yoan tak
sabar.
“ Em, teman satu kelas
kok.. Kenapa emang??”
“ Kau kelihatan akrab
dengan dia, … ” wajah Yo ah penasaran
dan sedikit menggodaku.
“ Hello, …terserahmu
saja.. ..” sahutku ketus
_ _ _ _ _ _
“ Huh” aku membuang nafas pelan ke udara, untuk kembali ke kenyataan.
“ Apa?” dia menatapku dengan penasaran. Aku sedikit kaget, tak
kusangka dia mendengar desahanku.
“ tidak apa-apa…. Kapan
kau akan berangkat ke Seoul?”
“ Emm,,,kalau tidak ada
masalah, besok aku berangkat” jawab zero sambil
menerawang langit.
Aku benar-benar kaget, tidak bisa berkata apun. Aku tidak
percaya kalau Zero benar-benar akan pergi jauh dan tidak akan pernah kembali.
Mendengar berita itu membuat telingaku mendenging, aku tertunduk lesu. Tak terasa
mataku agak berkaca-kaca. Aku segera mendongak keatas agar air mataku tidak
menetes.
Kenapa aku ini??
Dia bukan
siapa-siapa untukku. Dia hanya teman kecilku, hanya teman yang tidak pernah
saling akrab. Dia bukan pacarku, aku tidak pernah punya hubungan special
dengannya……. Tapi kenapa aku harus sakit saat dia pamit pergi ?? kenapa…
Bukan, ….dia cinta pertamaku,. Ya…Kenyataannya dia memang
cinta pertamaku,,,, memang benar!!!
“ kau….. tidak mau
mengatakan kata-kata perpisahan untukku!!??
Sebagai sahabat sejak kecil” dia
membuyarkanku. Kata-katanya datar, benar-benar tenang.
“ benarkan?? Kita teman
sejak taman kanak-kanak. Dulu waktu sekelas di SMP kau yang mengatakan itu
padaku..”
Tak kusangka dia mengingat soal itu. Dadaku rasanya semakin
sesak. Tak kuat menahan air mata yang
dari tadi kubendung. Ku letakkan tanganku dia depan dada, rasanya sakit di
sini. Di dalam sini,,,, terasa sesak…… Kenapa aku harus menangis?? Apa yang
kutangisi…..
Kucoba untuk buka mulut setenang mungkin. “ ooh, jadi benar kau berangkat besok!! Seoul
itu kota yang bagus dan indah, pastinya kau akan senang disana”.. hanya itu
kata-kata yang bisa keluar dari mulutku. Ada ribuan cerita yang ingin kubagi
dan ceritakan padamu, tapi hal itu tidak akan pernah terjadi. Kenyataannya ,
saat aku didepanmu aku tidak pernah punya kesempatan untuk berbicara panjang
denganmu. Akupun juga terlalu naïf dan takut untuk itu…
Kami berdua diam membatu selama beberapa saat.
“ Apakah hanya itu kata-kata
yang akan kau katakan padaku, ? Hanya itu saja….. Sejujurnya, ada waktu dimana
aku benar benar menyukaimu waktu itu ” kata-katanya serasa
menerkamku. Dia benar-benar memandangku lekat-lekat dengan suara yang sangat
rendah.
Mendengar kata-katanya seperti mendengar petir di siang
hari yang cerah. Suka??? Dia benar-benar mengatakan itu. Aku tidak salah dengar
bukan??
Aku berusaha
memandang matanya. Mata Zero yang selama ini selalu ku hindari. Mata yang
beberapa kali kulihat dengan tidak sengaja.. Mata yang sangat indah, mata yang
selalu ku harap untuk memandangku, hanya memandangku saja….. mata kami saling
bertemu, dia terlihat agak pucat tapi dengan sweeter abu-abu dan kaos putih
yang dia kenakan, dia terlihat sangat keren dan modis.
Kali ini saja aku ingin sekali berkata jujur padamu tanpa
perasaan ego dan takut yang selama ini kutahan. Hanya kali ini saja
kesempatanku untuk berbicara…. Hanya sekali ini saja,, aku mengambil nafas
pelan sambil sedikit mengusap air mataku yang telah mencapai pipi..
“ Sukaa??.... Mendengar
kata itu selalu mengigatkanku pada masa kita kanak-kanak. Kita masih sangat
kecil, dan lucu. Kita masih sangat kecil dan tidak mengerti arti sebuah suka.
Benarkan?? Aku tersenyum samar-samar
Dan berusaha
mengeluarkan suara kembali.
“ Aku pasti tidak
akan pernah melupakan saat itu, saat dimana aku pertama bertemu denganmu, saat dimana
kita bisa bermain tanpa beban dan tak punya pikiran seperti orang dewasa. Aku
ingin sekali merasakan hal itu kembali..Kau memberiku perasaan yang berbeda
dengan orang lain, kadang kau bersikap cool tapi aku tau kau sangat peduli
padaku.. terima kasih untuk semuanya. Aku tidak pernah menyesal bertemu
denganmu karena kau orang yang mengenalkanku pada cinta dan memberi arti sebuah
kebahagiaan. Thanks for everything ”
“ Kalau kita
kembali ke masa itu apakah kita bisa merubah masa depan?” zero memandang lurus
menerawang bunga-bunga di taman depan kami.
“ Kurasa tidak ada
yang akan berubah bukan. Tidak ada seorangpun yang dapat kembali ke masa lalu
untuk merubah masa depan. Masa lalu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri,
sepahit apapun kenyataannya” nafasku sudah kembali normal dan berbicara
dengan terkontrol.
Zero berdiri disampingku
dan berjalan mendekat kearahku. Tangan kirinya menggapai tanganku dan membuat
aku tepat berdiri di hadapannya sebelum aku mendongak ke atas. Tangannya yang
hangat memegang tangan kananku dengan lembut. Tangannya masih sama seperti dulu
yang kuingat, jari tangan yang panjang dan sangat lentik. Tangan kanannya
bergerak memegang tangan kananku, dan
melepaskan tangan kirinya dariku…
Kami saling berjabat
tangan…………..,,
“ Aku ingin bila suatu
saat nanti kita bertemu, kita dapat saling berjabat tangan dan menyapa seperti
ini layaknya seorang teman. Bukan malah merasa seperti tidak kenal dan
canggung. Masa lalu itu, aku senang bisa mengenalmu. Kau gadis yang istimewa,
kau tidak sama dengan gadis yang selama ini kukenal. Maukah kau??” Zero
berkata sambil terus memegang erat tanganku.
Sebutir Kristal air
meleleh di pipi kananku. Kali ini aku tidak berusaha menyekanya..
“Tentu
saja, kita teman bukan!” aku balik memegang erat
tangannya. Jantungku masih berdetak kencang seperti dulu tiap aku bersamanya.
“ Semoga di Seoul menyenangkan. Disana pasti akan ada banyak hal
baru yang menyenangkan. Kalau adalah laki-laki yang istimewa. Dan kau tahu
itukan. Jadilah dirimu sendiri, percayalah pada dirimu. Zero yang kukenal tidak
akan berubah menjadi orang lain.” Aku berusaha menatap matanya, mungkin ini
terakhir kali aku bisa menatapnya seperti ini.
“ Terima kasih”
dia balik tersenyum padaku. Aku bisa mereasakan tangannya menggegam erat tanganku.
Beberapa detik kami
diam. Terdengar klakson mobil entah dari simpang jalan yang mana. Kami saling
melepaskan tangan. Ya inilah akhirnya…..
“ Hujan sudah reda,
aku pergi duluan!! Semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi” dia
benar-benar berpamitan padaku. Dia tersenyum dalam sambil membalikkan badan dan
berjalan cepat menuju seberang jalan sebelum mobil warna silver lewat. Dari
ujung jalan dia melihatku, aku tersenyum padanya beberapa saat. Dia balas
tersenyum padaku. Selangkah demi selangkah dia pergi dari hadapanku. Aku bisa
melihat punggungnya dari kejauhan yang semakin hilang. inilah akhirnya…. Aku berusaha melihatnya
lekat-lekat, karena mungkin inilah kesempatan terakhir aku melihatnya. Aku
tidak akan menangis lagi. Inilah akhir dari cerita kami…,, aku pernah mendengar
sebuah bait, entah bait apa ….
“Every meeting, it’s
happiness
No matter where or when, whoever you meet…
Or how the ending goes
It’s all type of happiness”
Ya, pertemuan adalah
sebuah kebahagiaan. Bertemu dengan dia tak mungkin bisa begitu saja kulupakan.
Kami pernah mengalami masa-masa indah
bersama yang telah terlanjur membekas seperti
kulit pohon yang disayat batangnya. Zero
adalah cinta pertamaku …., Cinta pertama di dalam hidupku yang memberikan
kebahagiaan bagi gadis biasa sepertiku.
Selamat tinggal Zero…………..
Biarkan waktu yang akan menghapus kita,
seperti tapak kaki diatas salju putih yang semakin hilang ditimpa secercah
salju yang turun kemudian!!!